Aduh, penjara itu lagi. Sudah beberapa kali jiwa itu cuba lari dari penjara itu. Penjara itu seolah melambai-lambai, menggamit hati jiwa yang resah kesah sepanjang hari. Meskipun hanya selangkah cuma, dicubanya jiwa itu menahan diri dari penjara itu.
Tup! Tidak! Tanpa disedari jiwa itu sendiri sudahpun terpenjara. Dalam sedar dan tidak, rupanya jiwa itu telah membuka langkah menuju masuk ke dalam penjara itu. Lantas ia mengurung dirinya sendiri.
Saat ini genting. Jiwa yang terpenjara dan terbelenggu itu masih koma! Ia tidak dapat merasai belenggu yang membelenggu dan penjara yang memenjara jiwa resah kesah itu. Lambaian gamitan bayangan indah penjara itu masih menguasai jiwa lemah itu. Genting!
Di saat yang lain, satu kuasa retorik telah berjaya menarik keluar jiwa itu, masih tanpa kewarasan jiwa itu sendiri. Namun, jiwa mana yang tidak terkasih dengan Tuhannya Pemilik Segala itu. Rahmatnya terlalu agung lantas mendampingi jiwa kerdil lemah buta itu, seraya membelainya dengan belaian kasih tak terhingga.
Dalam gelap akhirnya, jiwa itu menyungkur. Di sisi Pemiliknya. Terkapar, moga-moga dengan penuh kewarasan. Waras akan bahaya penjara dan belenggu yang ditemuinya tadi, dan waras akan limpahan tumpahan curahan Rahmah dan Maghfirah yang dituang dari ‘Arasy Pemiliknya di bulan agung barakah ini.
Sanggup lagikah jiwa itu mencurigai Rahmah, juga mengkhianati Maghfirah itu?
Ketahuilah hai jiwa kerdil, siapa kau tanpa Rahmah dan Maghfirah?
No comments:
Post a Comment